Wednesday, 13 July 2016

Hutan Pinus Barru, Alternatif Perjalanan Daerah Pegunungan

Melakukan perjalanan alam terbuka memang sangat tren saat ini. Di kalangan kawula muda banyak mengorbankan waktu dan finansial hanya untuk melakukan perjalanan-perjalanan melelahkan ini. Tapi di balik ini semua tentu tak akan sia-sia jika memanjakan jiwa dan raga dengan kondisi alam yang masih asri. Apalagi bagi teman-teman yang dipenuhi dengan rutinitas perkotaan yang padat. Olehnya itu bermunculanlah objek-objek wisata alternatif yang dulunya tidak terekspos ke masyarakat yang mendadak dikenal.

Kali ini penulis mencoba mengenalkan salah satu daerah  yang menjadi alternatif kunjungan teman-teman  yaitu Hutan Pinus yang berada di kawasan Pegunungan Kabupaten Barru, tepatnya di kecamatan Tanete Riaja. Daerah di kawasan ini  menawarkan pemandangan alam pegunungan yang sangat mempesona dari atas bukit. Mungkin kawasan Bulu Dua , perbatasan Barru – Soppeng sudah tidak asing lagi. Nah hutan pinus ini berada tidak jauh dari Bulu Dua, yang mana memang terkenal dengan hawa dinginnya.

Untuk mencapai kawasan ini kita hanya perlu menelusuri Jalan Poros Barru – Soppeng hingga mencapai gapura penyambutan kabupaten soppeng di Bulu Dua. Dan selanjutnya belok kanan di perbatasan tersebut, atau lebih tepatnya melewati sisi lain Bulu Dua  . Dari sini kita akan mendapatkan pemandangan Bulu Dua dari tempat yang lebih tinggi. Tentu saja ditambah dengan pemandangan hamparan hutan Pinus. 


Jika kita menelusuri  terus jalannya maka kita akan melewati jajaran hutan pinus yang tentu akan menambah pengalaman trip kawan-kawan. Akses jalan memang masih belum memadai dan membutuhkan perjuangan ekstra untuk melaluinya. Semoga kawan-kawan semua diberikan kesehatan sehingga dapat terus menikmati alam Indonesia yang indah ini.

Friday, 18 March 2016

Satwa-Satwa Unik dari Sulawesi


Indonesia dibagi atas tiga wilayah atas persebaran flora dan fauna. Ketiga daerah tersebut yaitu bagian barat yang mirip flora fauna dari daratan Asia yang kemudian disebut daerah Asiatis, bagian timur yang mirip flora fauna Australia disebut daerah Australis. Dan diantara keduanya terdapat daerah pe
ralihan antara daerah dari Asiatis dan Australis. Daerah Asiatis dan peralihan dibatasi oleh garis Wallace, dan daerah Australis dan peralihan dibatasi oleh garis Weber.

Pulau Sulawesi sendiri berada di tengah-tengah sebagai daerah peralihan. Sebagai daerah peralihan ternyata pulau Sulawesi memiliki keunikan tersendiri dari daerah lain. Di pulau ini banyak ditemui satwa endemik yang tidak ditemukan di daerah lain.

Berikut ini satwa endemik yang dimiliki oleh pulau Sulawesi

Anoa
Anoa merupakan hewan mamalia yang mirip dengan kerbau, tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil. Hewan ini hanya dapat ditemui di daratan pulau Sulawesi. Spesies anoa terdiri dari dua kelompok yaitu Anoa Pegunungan dan Anoa Dataran Rendah. Anoa menyukai hidup di hutan-hutan yang belum terjamah oleh manusia. Saat ini hewan ini terancam punah akibat perburuan yang dilakukan oleh manusia.





Burung Maleo

Burung yang memiliki ciri-ciri fisik berwarna hitam di bagian atas dan berwarna putih di bagian bawahnya ini hanya terdapat pada pulau Sulawesi juga. Konon burung ini merupakan burung yang setia karena hanya memiliki satu pasangan selama hidupnya. Untuk saat ini ada dua tempat yang menjadi pusat penyelamatan burung Maleo dari kepunahan yaitu Taman Nasional Bogani di perbatasan Sulawesi Utara – Gorontalo dan di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Burung Maleo tidak mengerami telurnya yang berukuran 5 kali telur ayam kampung. Untuk menetaskan telurnya, Maleo mengubur telurnya di pasir yang hangat. Sekali bertelur hanya menghasilkan satu butir telur, dan sangat kaya akan nutrisi untuk bekal awal  anak burung Maleo yang harus langsung mandiri

Kura-kura Hutan Sulawesi
Kura-kura ini juga diberi nama sebagai Kura-kura Paruh Betet lantaran mulutnya yang meruncing menyerupai Paruh Burung Betet. Kura-kura ini dimasukkan kedalam 25 daftar kura-kura paling langka dan terancam punah di dunia. Hewan ini sering menjadi hewan buruan sebagai bahan makanan dan hewan peliharaan yang mengancam kelangsungan hidupnya di alam bebas. Persebaran habitatnya berada pada pulau Sulawesi.


Tarsius
Tarsius merupakan primata yang sangat kecil, sering disebut sebagai monyet terkecil di dunia walaupun bukan termasuk jenis monyet. Ukurannya hanya berkisar dari 10 – 15 cm dengan bobot 80 gram bahkan ada jenis yang kurang dari 10 cm. Saat ini diketahui hanya terdapat 9 jenis tarsius di dunia ini. Dua jenis terdapat d Filipina dan sisanya terdapat di Indonesia, khususnya Pulau Sulawesi dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Hewan ini memang masuk ke dalam kawasan daerah peralihan.

Tarsius termasuk hewan nocturnal yang hanya beraktivitas pada malam hari. Menghabiskan hidupnya diantara dahan-dahan pepohonan. Tarsius dapat melompat sejauh 3 meter untuk berpindah dari satu dahan ke dahan lainnya. Dia berburu serangga-serangga kecil namun terkadang juga memangsa reptile kecil dan burung. Ciri-ciri unik lainnya yang terdapat pada hewan ini yaitu mata yang lebar, kepala yang dapat diputar 180 derajat ke kanan dan kekiri untuk mengintai mangsanya serta telinga yang dapat digerakkan.Saat ini termasuk ke dalam satwa yang harus dilindungi karena populasinya yang berkurang drastis

Babirusa
Hewan ini mirip dengan babi tetapi memiliki taring panjang pada moncongnya yang mencuat kebelakang hingga mata. Taring ini juga berfungsi melindungi matanya dari duri rotan di hutan. Panjang tubuhnya berkisar 85 – 100 cm dengan tinggi 65 – 80 cm dan berat kurang lebih 100 kg.
Babirusa biasa hidup sendiri atau dengan berkelompok kecil dengan satu ekor pejantan sebagai pimpinannya. Biasanya akan mencari makan dari sore hingga malam hari dengan memakan segala (omnivore) baik itu buah-buahan yang jatuh hingga serangga-serangga kecil. Persebaranya di hutan tropis Sulawesi hingga ke beberapa pulau di Maluku. Babirusa termasuk satwa endemic daerah tersebut.

Kera Hitam Sulawesi

Kera hitam Sulawesi merupakan primata yang hanya terdapat di pulau Sulawesi dan sekitarnya. Memiliki ciri khusus berwarna hitam dengan jambul di kepalanya dan pantatnya berwarna merah muda. Pada bagian wajah tak memiliki bulu. Ekornya hanya memiliki panjang sekitar 20 cm yang berbeda dengan monyet lai yang ekornya relatif panjang sehingga sekilas tak memiliki ekor. Monyet jenis ini merupakan yang monyet terbesar di Sulawesi. Dengan panjang tubuh sekitar 45 – 55 cm. Kera hitam Sulawesi hidup berkelompok dengan kurang lebih 10 anggota dengan perbandingan jantan dan betina 1 : 3. Saat ini hewan ini juga telah terancam punah akibat diburu oleh manusia.

Sunday, 28 February 2016

Air Terjun Tompo Tomagelli, Pesona Alam Tersembunyi Barru


Pulau Sulawesi memang kaya akan wisata alam baik yang di atas gunung hingga ke dasar lautan. Kali ini saya akan mengulas sedikit pengalaman wisata alam yang belum terlalu diekspos masyarakat. Berbicara masalah air terjun memang bukanlah hal baru lagi. Di Sulawesi sendiri ada banyak air terjun yang patut dikunjungi. Salah satu yang terkenal yaitu wisata air terjun bantimurung. Tapi mengunjungi pesona alam tersembunyi yang anti mainstream tentu memiliki sensasi tersendiri.

Air Terjun Tompo Tomagelli
Kabupaten Barru merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di sebelah utara Kota Makassar yang masih menyimpan sejuta pesona alam yang masih tersembunyi. Salah satu yang mulai populer yaitu Air Terjun Tompo Tomagelli yang terletak di Desa Kamiri Kecamatan Balusu Kabuaten Barru. Untuk mengakses air terjun cukup mudah. Apabila kita mulai dari pusat tugu payung kota Barru maka cukup mengikuti jalan poros ke utara sekitar 20 km hingga Takkalasi, Kecamatan Balusu. Apabila telah mendapat jembatan Takkalasi maka kita belok kiri dan masuk kepelosok sekitar kurang lebih 9 km. selama perjalanan masuk ini kita disuguhkan pemandangan alam yang menakjubkan. Pemandangan pegunungan dan lautan yang terlihat dari puncak sungguh memanjakan mata.

Kita akan disambut dengan spanduk ucapan selamat datang di air terjun Tompo Tomagelli setelah 9 km. Karena masih tertutup tidak ada jalan masuk ke lokasi sehingga kendaraan cukup di parkir di jalan. Hanya disediakan jalan setapak sepanjang sekitar 1 km untuk ke lokasi air terjun. Butuh sedikit perjuangan untuk menjangkaunya, tetapi setelah sampai maka rasa lelah kita akan terbayarkan.

Pemandangan air terjun yang sangat indah akan memanjakan mata anda. Dengan suasana alam yang masih sangat alami karena masih belum dikomersialkan. Sangat cocok untuk para penggemar selfie ria di sekitar air terjun. Seperti air terjun pada umumnya, Anda bisa juga langsung menjeburkan diri di sungai yang membentuk kolam untuk menyegarkan tubuh.

pengunjung air terjun
Yah inilah salah satu tempat yang dapat menjadi tujuan nge-trip kawan-kawan yang gemar traveling. Karena tempatnya  yang belum terlalu terekspos sangat baik untuk kawan-kawan yang anti-mainstrem. Memang butuh sedikit perjuangan untuk mencapai tapi tak akan sia-sia setelah menemukan air terjun setinggi 50 meter ini. Negeri ini memang kaya akan pesona alam yang tersembunyi. Tapi selalu ingat untuk tetap menjaganya agar tetap lestari.

Friday, 19 February 2016

Kue Tradisional Asli Sulawesi yang Masih Eksis

Peradaban Sulawesi telah mengalami banyak sejarah panjang perjalanannya. Masyarakat pulau ini telah menurunkan hasil kebudayaan yang tak tenilai harganya. Salah satu yang terkenal yang Hikayat I Lagaligo yang telah menjadi naskah kuno terpanjang di dunia. Dari segi kuliner masyarakat Sulawesi tak kalah dalam hal citarasa. Kali ini akan dibahas kue tradisional asal Sulawesi yang masih eksis hingga saat ini.

Barongko
Barongko merupakan kue tradisional masyarakat Sulawesi selatan yang terbuat dari pisang yang dihaluskan. Yang dicampur dengan bahan pelengkap lain seperti telur, santan kelapa, serta gula sebagai pemanis. Pada zaman dahulu kue ini hanya dihidangkan pada kaum bangsawan Bugis  Makassar sebagai makanan penutup mereka. Seiring perkembangan waktu kue ini telah beredar pada masyarakat luas. Hingga kini masih sering dijumpai pada acara-acara pernikahan ataupun hajatan-hajatan masyarakat Sulawesi Selatan. Dengan citarasa yang manisnya dan berair, kue ini sangat nikmat apabila disajikan dalam kondisi dingin.

Bandang-bandang / Doko-doko Utti
Masih dengan kue dengan bahan utama pisang yang kemudian lebih dikenal dengan bandang-bandang atau adapula yang menyebutnya doko-doko utti. Dikatatakan doko-doko utti (doko = bungkus dalam bahasa Bugis, utti = pisang) karena kue ini terbuat dari pisang yang dibungkus oleh daun pisang. Berbeda dengan barongko yang pisangnya dihaluskan, bandang-bandang terbuat dari adonan tepung. Kemudian pisangnya dimasukkan kedalam adonan setelah dipotong 4 bagian lalu dibungkus dengan daun pisang setelah itu dikukus. Sama dengan barongko, kue ini masih sering dijumpai pada hajatan-hajatan besar masyarakat Bugis Makassar.

Bandang Lojo
Kue tradisional ini dikatakan sebagai bandang lojo (lojo = telanjang dalam bahasa bugis) karena tidak dibungkus seperti pada bandang-bandang. Terbuat dari pisang, ubi kayu, garam, gula dan kelapa parut. Ubi kayu dihalukan (diparut) setelah itu ditambahkan garam, lalu pisang dibalut dengan adonan ubi kayu tersebut. Setelah itu ditaburi parutan kelapa.






Dange
Dange merupakan makanan tradisional Bugis yang saat ini banyak dijumpai di Pangkep, khususnya Kecamatan Segeri. Disepanjang jalan poros Makassar – Parepare di kecamatan Segeri, akan sangat mudah ditemukan penjual dange. Sehingga jajanan ini sering menjadi ole-ole masyarakat ketika melewati daerah ini. Dange terdiri dari dua macam, hitam dan putih. Dange hitam terbuat dari tepung ketan hitam dan dange putih terbuat dari tepung ketan putih. Dange dipanggang diatas arang atau kayu bakar. Cetakan dange mirip dengan buroncong tetapi memiliki rasa yang unik. Saat ini dange sudah terdapat ditambahi dengan berbagi varian rasa seperti keju.

Doko-doko Cangkuning
Doko-doko Cangkuning biasa disebut di daerah bugis, dan di daerah Makassar biasa disebut dengan Roko-roko Cangkuning. Terbuat dari bahan tepung beras ketan, tepung kanji, air kapur siri, daun suji yang dicampur menjadi satu adonan. Kemudian untuk bagian isinya terbuat dari gula merah dan parutan kelapa. Kemudian terakhir dibungkus dengan daun pisang berbentuk kerucut. Saat ini jajanan ini banyak dijual sebagai bahan untuk buka puasa di kota Makassar.


Dampo Loka
Kue yang satu ini terbuat dari pisang yang sudah tua yang sudah hampir hancur. Pisang tua tersebut  dijemur di bawah terik matahari agar kadar airnya berkurang dan menjadi lebih keras. Biasanya setelah dijemur warna pisang ini akan menjadi agak kehitaman. Pisang yang telah menjadi dampo biasanya akan tahan lebih lama. Pisang ini dapat disantap setelah digoreng dengan minyak panas. Dampo Loka memiliki citarasa yang unik dan cara pembuatannya sangat tradisional.


Cucuru Te'ne



Kue tradisional yang satu ini terbuat dari tepung beras yang dicampur dengan gula merah sehingga warna dasar kuenya berwarna merah. Kue ini berbentuk kerucut lonjong yang biasa juga ditaburi biji wijen di permukaannya.










Sanggara Peppe’
Kue yang satu ini mungkin sudah tidak asing lagi di telinga. Dikatakan sanggara peppe  karena pisang ini disajikan dengan dalam bentuk pipih karena dipukul (atau dipipihkan). Hampir mirip dengan pisang epe yang terbuat dari pisang mentah, cuma ini dibuat dengan cara digoreng. Sambalnya pun beda, karena tidak menggunakan yang manis-manis, tetapi dengan sambal yang pedis.






Itulah beberapa kue tradisional asal Sulawesi Selatan yang masih eksis hingga hari ini. Jadi Nusantara kita ini memang sangat  kaya akan kuliner yang diwariskan dari nenek moyang kita yah. Masih banyak lagi kue tradisional asal Sulawesi yang belum sempat dibahas disini dan akan dilanjtukan di artikel selanjutnya.

Tuesday, 16 February 2016

Burung Maleo , Satwa Endemik Asal Sulawesi





Burung Maleo merupakan satwa endemik yang hanya terdapat di Pulau Sulawesi. Pulau Sulawesi memang lah pulau yang unik karena memiliki banyak  koleksi satwa endemik. Namun banyak dari satwa tersebut yang terancam kelestariannya karena perkembangan populasi manusia.  Yah salah satunya Burung Maleo sendiri sehingga pemerintah menetapkannya sebagai satwa yang dilindungi.

Burung Maleo ini memiliki ciri-ciri fisik berwarna hitam di bagian atas dan berwarna putih di bagian bawahnya dengan panjang tubuh sekitar 55 cm. Burung ini memiliki jambul ataupun semacam tonjolan di kepalanya yang keras berwarna hitam. Saat ini kawasan yang menjadi pusat penyelaman Burung Maleo yaitu di hutan tropis Taman Nasional Bogani di perbatasan Sulawesi Utara – Gorontalo dan di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Pemerintah sangat ketat dalam mengawal penyelamatan burung ini dari kepunahan.


Burung Maleo termasuk burung yang setia karena hanya memiliki satu pasangan hingga mati. Sekali bertelur burung maleo hanya menghasilkan satu butir telur saja. Ukuran telur burung maleo sekitar lima kali ukuran telur ayam kampung. Telur ini sangat kaya akan nutrisi yang dibutuhkan oleh anak burung maleo. Biasanya Burung Maleo bertelur di tempat berpasir di pantai ataupun di hutan yang memiliki kehangatan tinggi dan biasanya menjadi tempat langganan bagi burung Maleo untuk bertelur. Telur burung maleo dikubur dan ditinggalkan oleh induknya tanpa pengeraman. Telur tersebut baru akan menetas setelah sekitar 60 hingga 80 hari kemudian. Setelah menetas anak burung Maleo akan langsung memiliki bulu ditubuhnya dan dapat langsung terbang, hal ini dikarenakan kandungan nutrisinya yang tinggi tadi. Disinilah burung Maleo mulai menjalani hidupnya secara mandiri.

Burung ini biasanya memangsa serangga-serangga kecil, biji-bijian, cacing dan tergolong pemakan segala. Burung ini diperkirakan memiliki daya jelajah hingga puluhan kilometer untuk mencari makanan. Adapun predator dari burung ini meliputi kucing hutan, ular, Biawak anjing, namun yang paling berkontribusi sehingga mendekati kepunahan yaitu manusia. Dimana sering diburu dan diambil telurnya serta ekosistemnya ynag semakin menyempit. Pada tahun 1900 an populasi Burung ini sangat menurun drastis hingga 90 persen.

Namun saat ini berkat usaha dari berbagai pihak diharapkan burung Maleo dapat diselamatkan dari kepunahan . dan tetap dapat menjadi kebanggaan Sulawesi sebagai satwa endemiknya. Semoga saja kedepannya keindahan dan keunikan Burung Maleo dapat terus dinikmati secara langsung. Bukan hanya tinggal kenangan saja dalam buku-buku dan video saja. 

Sunday, 7 February 2016

Pisang Epe Kuliner Khas Pantai Losari

Berkunjung ke pantai Losari Makassar yang sering teringat selain view pantainya adalah kuliner khas daerah yang banyak dijajakan di sepanjang pantai Losari. Yah memang pantai Losari saat ini juga terkenal dengan Jajanan Pisang Epe nya.  Jajanan berbahan dasar pisang yang memiliki cita rasa tersendiri. Jajanan pisang Epe di Pantai Losari berkembang seiring bertambah ramainya Pantai Losari sehingga hari ini malah semakin terkenal dengan Pisang Epe nya.

Menikmati Pisang Epe sambil menikmati pemandangan laut memang merupakan pengalaman yang harus dirasakan jika ke pantai Losari. Hangatnya jajanan ini dapat berpadu dengan dinginnya malam di Pantai Losari. Walaupun saat ini Pantai Losari mulai ditata demi keindahan dan kenyamanan, tapi pedagang pisang Epe masih diberikan ruang khusus untuk tetap mencari nafkah sehingga jajanan ini masih mudah ditemukan.

Kata Epe merupakan bahasa Makassar yang berarti jepit. Ini berkaitan dengan pembuatan pisang Epe dimana pisangnya dijepit dengan alat penjepit kayu sehingga lebih pipih. Pisang Epe dibuat dari pisang yang belum masak (pisang muda). Jika ingin membuat pisang Epe maka yang pertama dilakukan yaitu memanggang pisang diatas bara api sambil dibolak-bolak hingga menjadi setengah matang. Setelah itu tekan hingga pipih menggunakan penjepit kayu, lalu panggang kembali diatas bara api hingga matang.

Yang menjadikan pisang Epe lebih nikmat tentu saja adalah sausnya yang terbuat dari campuran air, gula merah, daun pandang serta santan. Saus ini ditaburi diatas pisang memadukan rasa khas. Saat ini karena perkembangan saus pisang Epe juga semakin menawarkan banyak pilihan rasa,mulai dari coklat, keju, kacang, ditambahi susu hingga selai durian yang semakin menambah keanekaragaman rasa dari Pisang Epe itu sendiri.


Pisang Epe memang sangat mudah dibuat jadi dapat dicoba sendiri di rumah. Inilah salah satu kekakayaan kuliner nusantara yang tetap dinikmati sekarang. Yang tetap mengikuti perkembangan zaman sehingga tidak terkesan jadul. Bagi anda yang punya kesempatan ke Pantai Losari, bisa mencoba jajanan ini untuk menambah pengalaman kuliner Anda.

Wednesday, 3 February 2016

Sarabba, Minuman Jahe Khas Sulawesi Selatan

Indonesia memang sangat kaya akan warisan kuliner dari nenek moyang. Sehingga sampai hari ini kita harus terus menjaga warisan tersebut yang tak ternilai harganya. Satu lagi minuman khas yang berasal dari daerah Sulawesi Selatan khususnya daerah Bugis Makassar yang wajib dicoba. Minuman tersebut bernama Sarabba. Yah minuman ini menjadi salah satu favorit bagi masyarakat Sulawesi selatan saat ini.  Selain nongkrong di warung kopi, nongkorng di warung sarabba biasanya menjadi pilihan selanjutnya, apalagi di malam hari 


Sarabba terbuat dari bahan alami sehingga tak perlu khawatir dengan kesehatan malahan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Sarabba terbuat dari bahan utama jahe, gula aren, santan, telur ayam yang biasa juga ditambahkan susu dan bahan tambahan lain. Yang dimasak dengan mencampur seluruhnya. Biasanya yang direbus terlebih dahulu adalah gula merah agar menyatu dengan air. Setelah itu dimasukkan jahe yang telah setengah hancur agar mudah larut. Kemudian disusul dengan bahan-bahan lainnya.

Sarabba biasanya disajikan dalam kondisi hangat. Olehnya itu sarabba ini sangat cocok diminum dimalam hari ketika suhu udara sangat dingin ataupun ketika musim hujan tiba. Sangat pas juga di sajikan ketika melakukan perjalanan alam terbuka dimana udaranya sangat dingin. Rasa agak pedis dari jahe dan hangatnya akan menyatu menghasilkan sensasi ynag berbeda. Sarabba biasanya tak lengkap apabila dihidangkan tanpa ubi goreng, pisang goreng ataupun jenis gorengan yang lainnya.

Selain nikmat , sarabba juga dipercaya memiliki banyak sekali khasiat bagi kesehatan. Jahe dan hangatnya dapat mencegah datangnya flu dan dapat mengembalikan stamina dan kebugaran yang turun setelah bekerja seharian.

Yah itulah salah satu minuman khas masyarakat Sulawesi Selatan yang cukup populer. Selain itu pembuatannya juga tidak terlalu sulit sehingga bisa dicoba di rumah. Dan tentunya sangat baik untuk kesehatan.