Friday, 19 February 2016

Kue Tradisional Asli Sulawesi yang Masih Eksis

Peradaban Sulawesi telah mengalami banyak sejarah panjang perjalanannya. Masyarakat pulau ini telah menurunkan hasil kebudayaan yang tak tenilai harganya. Salah satu yang terkenal yang Hikayat I Lagaligo yang telah menjadi naskah kuno terpanjang di dunia. Dari segi kuliner masyarakat Sulawesi tak kalah dalam hal citarasa. Kali ini akan dibahas kue tradisional asal Sulawesi yang masih eksis hingga saat ini.

Barongko
Barongko merupakan kue tradisional masyarakat Sulawesi selatan yang terbuat dari pisang yang dihaluskan. Yang dicampur dengan bahan pelengkap lain seperti telur, santan kelapa, serta gula sebagai pemanis. Pada zaman dahulu kue ini hanya dihidangkan pada kaum bangsawan Bugis  Makassar sebagai makanan penutup mereka. Seiring perkembangan waktu kue ini telah beredar pada masyarakat luas. Hingga kini masih sering dijumpai pada acara-acara pernikahan ataupun hajatan-hajatan masyarakat Sulawesi Selatan. Dengan citarasa yang manisnya dan berair, kue ini sangat nikmat apabila disajikan dalam kondisi dingin.

Bandang-bandang / Doko-doko Utti
Masih dengan kue dengan bahan utama pisang yang kemudian lebih dikenal dengan bandang-bandang atau adapula yang menyebutnya doko-doko utti. Dikatatakan doko-doko utti (doko = bungkus dalam bahasa Bugis, utti = pisang) karena kue ini terbuat dari pisang yang dibungkus oleh daun pisang. Berbeda dengan barongko yang pisangnya dihaluskan, bandang-bandang terbuat dari adonan tepung. Kemudian pisangnya dimasukkan kedalam adonan setelah dipotong 4 bagian lalu dibungkus dengan daun pisang setelah itu dikukus. Sama dengan barongko, kue ini masih sering dijumpai pada hajatan-hajatan besar masyarakat Bugis Makassar.

Bandang Lojo
Kue tradisional ini dikatakan sebagai bandang lojo (lojo = telanjang dalam bahasa bugis) karena tidak dibungkus seperti pada bandang-bandang. Terbuat dari pisang, ubi kayu, garam, gula dan kelapa parut. Ubi kayu dihalukan (diparut) setelah itu ditambahkan garam, lalu pisang dibalut dengan adonan ubi kayu tersebut. Setelah itu ditaburi parutan kelapa.






Dange
Dange merupakan makanan tradisional Bugis yang saat ini banyak dijumpai di Pangkep, khususnya Kecamatan Segeri. Disepanjang jalan poros Makassar – Parepare di kecamatan Segeri, akan sangat mudah ditemukan penjual dange. Sehingga jajanan ini sering menjadi ole-ole masyarakat ketika melewati daerah ini. Dange terdiri dari dua macam, hitam dan putih. Dange hitam terbuat dari tepung ketan hitam dan dange putih terbuat dari tepung ketan putih. Dange dipanggang diatas arang atau kayu bakar. Cetakan dange mirip dengan buroncong tetapi memiliki rasa yang unik. Saat ini dange sudah terdapat ditambahi dengan berbagi varian rasa seperti keju.

Doko-doko Cangkuning
Doko-doko Cangkuning biasa disebut di daerah bugis, dan di daerah Makassar biasa disebut dengan Roko-roko Cangkuning. Terbuat dari bahan tepung beras ketan, tepung kanji, air kapur siri, daun suji yang dicampur menjadi satu adonan. Kemudian untuk bagian isinya terbuat dari gula merah dan parutan kelapa. Kemudian terakhir dibungkus dengan daun pisang berbentuk kerucut. Saat ini jajanan ini banyak dijual sebagai bahan untuk buka puasa di kota Makassar.


Dampo Loka
Kue yang satu ini terbuat dari pisang yang sudah tua yang sudah hampir hancur. Pisang tua tersebut  dijemur di bawah terik matahari agar kadar airnya berkurang dan menjadi lebih keras. Biasanya setelah dijemur warna pisang ini akan menjadi agak kehitaman. Pisang yang telah menjadi dampo biasanya akan tahan lebih lama. Pisang ini dapat disantap setelah digoreng dengan minyak panas. Dampo Loka memiliki citarasa yang unik dan cara pembuatannya sangat tradisional.


Cucuru Te'ne



Kue tradisional yang satu ini terbuat dari tepung beras yang dicampur dengan gula merah sehingga warna dasar kuenya berwarna merah. Kue ini berbentuk kerucut lonjong yang biasa juga ditaburi biji wijen di permukaannya.










Sanggara Peppe’
Kue yang satu ini mungkin sudah tidak asing lagi di telinga. Dikatakan sanggara peppe  karena pisang ini disajikan dengan dalam bentuk pipih karena dipukul (atau dipipihkan). Hampir mirip dengan pisang epe yang terbuat dari pisang mentah, cuma ini dibuat dengan cara digoreng. Sambalnya pun beda, karena tidak menggunakan yang manis-manis, tetapi dengan sambal yang pedis.






Itulah beberapa kue tradisional asal Sulawesi Selatan yang masih eksis hingga hari ini. Jadi Nusantara kita ini memang sangat  kaya akan kuliner yang diwariskan dari nenek moyang kita yah. Masih banyak lagi kue tradisional asal Sulawesi yang belum sempat dibahas disini dan akan dilanjtukan di artikel selanjutnya.

1 comment: